Sunday, April 3, 2011

Alam Menginspirasi Teknologi Ramah Lingkungan

Fenomena alam yang biasa saja kerap kali jadi inspirasi bagi peneliti untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan. Biopulping adalah salah satunya. Ini adalah meniru proses mikroorganisma pada proses pelapukan untuk digunakan dalam tingkat industri.
Alam sering memberi ide cemerlang bagi hidup manusia. Sebut saja proses pelapukan kayu, ranting, daun atau lainnya. Saat bahan-bahan itu melebur, terjadi pembusukan yang membuatnya hancur bersama alam. Tak ada sampah atau limbah. Bila ditelaah lebih detail, proses tersebut dimotori oleh mikroorganisma.

Mikroorganisma yang terdiri atas sejumlah mikroba membantu proses pelapukan sehingga sampah alam itu terurai, kembali menjadi tanah berupa humus. Hasil kerja mikroorganisma yang sempurna tak menghasilkan polusi tersebut memberi inspirasi pada para ilmuwan kita untuk memanfaatkannya dalam sektor industri.

Industri kertas dan pulp terkenal dengan limbahnya yang sulit diatasi. Limbah ini berasal dari bahan kimia seperti soda api, sulfit dan garam sulfida dalam proses penghilangan kandungan lignin. Bahan kimia inilah yang dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan. Proses penggunaan sulfur mencemari udara dan sudah dilarang di sejumlah negara maju seperti Jerman.

“Di Indonesia tidak semua pabrik kertas mempunyai unit pulping karena diisyaratkan harus mempunyai pengolahan limbah yang investasinya lebih dari 20 persen dari nilai investasi,” ujar Bambang Prasetya dalam orasi pengukuhannya sebagai Ahli Peneliti Utama (APU) Bidang Konversi Biomassa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, pekan silam.

Pengolahan pulp yang ideal adalah biopulping, yakni mengolah pulp dengan menggunakan bantuan mikroba. Bambang menjelaskan, manfaat biopulping yang menonjol adalah penghematan energi dan pengurangan pemakaian bahan kimia. Proses pembuatan bubur kayu alias pulp dan kertas biasa dilakukan dengan memasak serpihan kayu, jerami atau ampas tebu. Semuanya menggunakan bahan kimia. Tujuan proses ini untuk memisahkan komponen lignin.

Dalam biopulping, bahan-bahan kimia tadi digantikan oleh sejenis mikroba yang bisa mengeluarkan enzim dan mendegradasi lignin. Mikroba ini adalah golongan jamur atau fungi pelapuk kayu yang banyak dijumpai di alam bebas. Bahan pemutih kertas yang selama ini menggunakan bahan kimia seperti chlorite dan hydrogen peroksida dapat digantikan dengan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh fungi pelapuk. Beberapa enzim yang sangat dikenal untuk menguraikan lignin adalah manganese peroksidase, laccase dan lignin peroksidase.

“Pengembangan biopulping lebih dari satu dasawarsa terakhir menjadi perhatian di berbagai negara industri karena tehnik ini dianggap sebagai salah satu proses yang ramah lingkungan,” ungkap Bambang yang kini menjabat sebagai Direktur Pusat Riset Bioteknologi LIPI ini. Bahkan dari sejumlah analisa, biopulping akan bersaing dengan proses konvensional. Pada penelitian Bambang pada 1994, mikroba jenis P. chrysosporium dapat memperbaiki sifat pulp.

Butuh Waktu

Ada sedikit kekurangan pada biopulping ini dibanding proses konvensional, yakni dibutuhkan waktu lebih banyak dalam operasionilnya. Tapi menurut Bambang, dalam uji coba produksi skala pilot di Amerika tidak ditemukan masalah teknis berarti karena masalah waktu bisa diatur dengan sistem penjadwalan yang baik.

Lebih jauh Bambang memaparkan bahwa biopulping ini hanya satu dari sekian banyak manfaat dari proses pelapukan biomassa. Manfaat lain sebut saja produksi ethanol yang dapat dipakai sebagai bahan bakar minyak pengganti premium.Ini didapat dari proses fermentai secara simultan, yaitu memecah selulosa menjadi gula dan fermentasi gula menjadi ethanol.

Pelapukan jua memberi inspirasi bagi ilmuwan untuk memanfaatkannya sebagai bahan komposit dan pengganti plastik. “Pelapukan pada kayu atau biomassa memberi pengaruh pada mudahnya bahan tersebut dimasuki bahan polimer atau resin, sehingga bisa dimanfaatkan untuk memproduksi bahan seperti wood plastic composite,” papar Bambang. Di samping itu jamur pelapuk kayu juga bisa memproduksi plastik dari serat alam.

Sumber : Sinar Harapan, biotek LIPI.

No comments:

Post a Comment